Panduan Singkat Beternak Ulat Sutera



Ulat sutra atau ulat murbei adalah salah satu  serangga dari jenis ulat yang dari sisi ekonomi mempunya nilai yang sangat tinggi. Sebab ulat ini merupakan ulat satu-satunya penghasil serat atau benang sutra.

Adapun makanan ulat sutra adalah daun murbei. Selain daun murbei ulat sutra tidak akan memakannya.

Dalam perkembangan menjadi ulat, maka telur ulat sutera membutuhkan waktu sekitar 10 hari  untuk menetas. Setelah menetas yang kemudian menjadi ulat maka akan membentuk kepompong mentah.

Nah, kepompong mentah ini yang nantinya akan dipintal menjadi benang sutra sepanjang 300 meter sampai dengan 900 meter. Serat atau benang sutra yang dipintal memiliki diameter sekitar 10 mikrometer.

Hal yang cukup mengejutkan dari ulat sutra adalah dalam hal makanan. Bisa dikatakan bahwa ulat sutra termasuk jenis ulat yang sangat rakus dalam hal makanan. Ulat ini akan makan sepanjang hari baik itu siang maupun malam.

Dan ini dilakukannya semata-mata untuk tumbuh dan berkembang lebih cepat. Adapun hal yang perlu diketahui bahwa ulat sutra mengalami empat fase ganti kulit.

Apabila warna kulitnya kekuningan dan lebih ketat ini menandakan bahwa ulat sutra akan segera membungkus diri dengan berubah menjadi kepompong.

Berikut adalah cara budidaya ulat sutera:

Persiapan Pemeliharaan Ulat Sutera
Sebelum melakukan pemeliharaan pada ulat sutera sebaiknya perlulah dilakukan persiapan berupa penyediaan pakan ulat sutera, ruangan untuk memelihara, peralatan untuk pemeliharaan serta pemesanan telur atau bibit ulat sutera.

a. Penyediaan Daun Murbei untuk Pakan
  • Daun murbei untuk ulat sutera kecil berumur pangkas 1 bulan sedangkan untuk ulat sutera dewasa berumur pangkas 2 atau 3 bulan.
  • Tanaman murbei dapat dipanen setelah berumur 9 bulan setelah penanaman.
  • Dalam pemeliharaan 1 box ulat sutera dibutuhkan sekitar 1000 hingga 1200 kg daun murbei dengan cabang atau 400 hingga 500 kg daun murbei tanpa cabang.
  • Jenis unggul daun murbei yang baik untuk ulat sutera adalah Morus alba, Morus cathayana, Morus multicaulis dan lainnya.


b. Ruangan dan Peralatan untuk Pemeliharaan Ulat Sutera
Ruangan untuk pemeliharaan ulat sutera harus memiliki ventilasi dan jendela yang cukup
Tempat pemeliharaan ulat dewasa dipisahkan dari tempat pemeliharaan ulat kecil, ulat kecil dipelihara pada tempat khusus atau unit pemeliharaan ulat kecil.

Peralatan untuk budidaya ulat sutera yang perlu disediakan antara lain kotak/rak pemeliharaan, kaporit/papsol, kapur tembok, tempat pakan/tempat daun,jaring ulat, ayakan, pisau, gunting stek, ember/baskom, kertas alas, kertas minyak atau parafin, lap tangan , kain penutup daun dan lainnya.

Ruangan dan peralatan diberi desinfeksi 2 hingga 3 hari sebelum budidaya dimulai. Apabila ulat kecil dipelihara di Upuk berlantai semen maka lakuakan pencucian setelah didesinfeksi.

c. Pesanan Bibit Ulat Sutera
Pesanan bibit ulat sutera disesuaikan dengan jumlah daun yang tersedia dan kapasitas runagan serta peralatan untuk budidaya. Pemesanan bibit ulat sutera tersebut dipesan selambat-lambatnya 10 hari sebelum budidaya dimulai, setelah bibit telah diperoleh maka lakukan penanganan telur dengan baik agar telur menetas seragam dengan cara:
Telur disebarkan pada kotak penetasan yang telah ddisiapkan kemudian ditutup dengan kertas putih tipis, kotak penetasan tersebut diletakan pada ruangan yang sejuk dan terhindar dari sinar matahari secara langsung dengan kelembaban 75%-85% dan suhu sekitar 25°C-28°C. Apabila pada telur sudah terlihat bintik biru maka bungkus menggunakan kain hitam selama 2 hari.

Budidaya Ulat Sutera

a. Pemeliharaan Ulat Sutera Kecil
Dalam melakukan pemeliharaan ulat kecil didahului dengan kegiatan Hakikate yaitu kegiatan penanganan ulat yang baru menetas disertai dengan pemberian pakan pertama.
Ulat sutera yang baru menetas didesinfeksi dengan menggunakan bubuk campuran kaporit dan kapur dengan perbandingan 5:95, lalu beri daun murbei muda yang telh dipotong kecil kecil, selanjutnya ulat dipindahkan ke sasag kemudian ditutup enggunkan parafin atau kertas minyak. Lakukan pemberian pakan sebanyak 3 kali sehari yaitu pada pagi, siang dan sore hari.

Ulat sutera akan mengalami masa istirahat dan pergantian kulit pada setiap instar, apabila hal tersebut berlangsug maka lakukan pemberhentian pemberian pakan namun taburi dengan kapur. Pada saat masa ini berlangsung, agar udara mengalir maka jendela atau vebtilasi runagan dibuka. pada saat akhir instar lakukan penjarangan dan sesuaikan daya tampung tempat dengan perkembangan ulat sutera. Lakukan pembersihan tempat ulat dan pencegahan hama penyakit dengan teratur.

Pelaksanaan :
  1. Pada instar I dan II , pembersihan dilakukan sebanyak 1 kali. Pada instar III pembersihan dilakukan sebanyak 1 atau 2 kali dan semua itu dilakukan setelah pemberian pakan kedua dan menjelang tidur.
  2. Rak atau sasag ditempatkan agar tidak menempel dengan dinding, kali rak diberi kaleng yang berisi air agar mencagah gangguan semut.
  3. Jika lantai ruangan tidak disemen maka taburi lantai dengan kapur secara merata agar tidak lembab.

desinfeksi tubuh ulat sutera dilakukan setelah ulat sutera bangun yaitu sebelum pemberian pakan pertama.

Penyaluran ulat sutera kecil dari tempat UPUK (Unit Pemeliharaan Ulat Kecil) ke UPUB (Unit Pemeliharaan Ulat Besar) dilakukan saar ulat sedang tisur pada instar III. Perlakuan pada saat penyaluran yaitu penyaluran ulat yang akan dipindahkan dibungkus dengan menggulung kertas alasnya dan kedua sisi kertas alas diikat lalu diletakkan pada posisis berdiri atar ulat tidak tertekan. Sebaiknya Penyaluran ini dilakukan pada pagi atau sore hari.

b. Pemeliharaan Ulat Sutera Besar
Perlakuan terhadap ulat sutera besar berbeda dengan perlakuan pada ulat sutera kecil. Ulat sutera besar memerlukan kondisi ruangan yang sejuk dengan suhu sekitar 24°C-26°C dan kelembapan 70%-75%.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemeliharaan ulat sutera besar adalah:
  • Ulat sutera besar memerlukan ruangan atau tempat pemeliharaan yang lebih luas.
  • Daun pakan yang dipersiapkan untuk ulat sutera besar, disimpan pada tempat yang bersih dan sejuk serta ditutup dengan kain basah;
  • Daun murbei yang diberikan pada ulat sutera besar untuk pakan tidak lagi dipotong-potong utuh dengan cabang dan penempatan pakan tersebut diselang-selingi secara teratur antara bagian ujung dan pangkalnya.
  • Pemberian pakan pada ulat sutera besar (pada instar IV dan V) dilakukan 3 hingga 4 kali sehari yaitu pada pagi, siang, sore dan malam hari;
  • Pemberian pakan saat menjelang ulat tidur dikurangi atau dihentikan dan pada saat ulat tidur ditaburi kapur secara merata;
  • Desinfeksi tubuh ulat dilakukan setiap pagi sebelum pemberian makan dengan menggunakan campuran kapur dan kaporit (90:10) ditaburi secara merata;
  • Pada instar IV, pembersihan tempat pemeliharaan dilakukan minimal sebanyak 3 kali, yaitu pada hari ke 2 dan ke 3 serta menjelang ulat tidur;
  • Pada instar V, pembersihan tempat dilakukan setiap hari;
  • Seperti pada ulat kecil, rak atau sasag ditempatkan tidak menempel pada dinding ruangan dan pada kaki rak dipasang kaleng yang berisi air dan apabila lantai ruangan pemeliharaan tidak berlantai semen agar menghindari kelembaban tinggi maka ditaburi kapur.

c. Mengokonkan Ulat Sutera
Pada instar V yaitu hari ke6 atau 7 ulat sutera biasanya akan mulai mengokon. Tanda-tanda ulat sutera yang akan mengokon adalah:
  • Nafsu makan berkurang atau berhenti makan sama sekali;
  • Tubuh ulat sutera berubah menjadi bening kekuning-kuningan atau transparan;
  • Ulat cenderung berjalan ke areal pinggir;
  • Keluar serat sutera dari mulut ulat .

Apabila sudah terlihat tanda-tanda tersebut, maka yang perlu dilakukan adalah:
Kumpulkan ulat sutera tersebut dan masukkan ke dalam alat pengokonan yang telah disiapkan dengan cara ditabur secara merata. Alat pengokonan yang baik digunakan antara lain: rotari. Seri frame, pengokonan bambu dan mukade (terbuat dari daun kelapa atau jerami yang diputar membentuk sikat tabung).

d. Pemanenan Dan Penanganan Kokon
Pemanenan dilakukan pada hari ke 5 atau 6 sejak ulat sutera mulai membuat kokon. Sebelum dipanen, ulat yang tidak mengokon atau yang mati diambil lalu dibuang atau dibakar. Penanganan kokon selanjutnya meliputi:

Pembersihan kokon, yaitu menghilangkan kotoran dan serat-serat yang ada pada lapisan luar kokon;

Seleksi kokon, yaitu pemisahan antara kokon baik dan kokon cacat/jelek;
Pengeringan kokon, yaitu penanganan terhadap kokon untuk mematikan pupa serta untuk mengurangi kadar air agar bisa disimpan dalam jangka waktu tertentu;

Penyimpanan kokon, hal ini dilakukan apabila kokon tidak langsung dipintal atau dijual atau sedang menunggu proses pemintalan.
Cara penyimpanan kokon adalah sebagai berikut :

1. Kokon dimasukkan ke dalam kotak karton atau kantong kain/kertas;
2. Kokon ditempatkan pada ruangan yang kering;
3. Selama dalam penyimpanan, sekali-sekali kokon dijemur ulang;

Lama penyimpanan kokon tergantung pada cara pengeringan, tingkat kekeringan dan tempat penyimpanan.

Sumber: