Magot adalah sejenis belatung yang memiliki
kandungan protein tinggi yang bisa dijadikan alternatif pakan ternak. Akhir-akhir
ini semakin digemari oleh para peternak karena berbagai alasan, diantaranya pembudidayaan
belatung ini adalah memanfaatkan sampah organik yang biayanya murah, mudah dalam budidayanya,
tidak membutuhkan lahan yang luas, dan
bisa dimulai dari modal yang tidak besar, dan permintaan pasar masih tinggi.
Dari informasi yang didapat dari petani di
Bali yang telah mengembangkan budidaya maggot, budidaya maggot dimulai dari
meletakkan bibit Maggot yang disebut Pre-pupa di dalam ruangan perkembangbiakan
selama 14 hari. Setelah itu maka Pre-pupa akan berubah menjadi lalat Black Soldier
Fly (BSF). Kemudian lalat BSF betina akan menghasilkan telur pada media kayu
yang ditumpuk, selanjutnya lalat-lalat itu akan mati. Lalat BSF bertelur pada media
kayu yang sudah ditumpuk, dan sepasang lalat bisa menghasilkan 500 sampai 900
butir telur.
Black Soldier Fly (BSF) adalah lalat berwarna
hitam yang dalam Bahasa latin disebut Hermetia Illucens, yang fase hidup nya (lalat) singkat hanya
sekitar rata-rata 7 hari, BSF ini tidak makan dan hanya minum. BSF ini adalah
jenis lalat yang bukan merupakan vector penyakit seperti lalat hijau/lalat
sampahmelainkan jenis lalat yang bersih
dan bersahabat dengan manusia.
BSF dapat kita budidayakan dalam sebuah
kandang sehingga kebutuhan akan telur-telurnya dapat dihasilkan secara menerus
(sustainable). Sinar matahari merupakan sarat mutlak dalam mendukung aktifitas
BSF, oleh karenanya iklim tropis yang dimiliki oleh kita di Indonesia sangat
mendukung dalam budidayanya ini.
Informasi terkait cara dan Teknik budidaya
Maggot ini telah banyak beredar di internet. Salah satu rekomendasi penulis
adalah situsweb Maggobsf.com.
Disamping informasi yang cukup memadai dan valid, situs ini juga menawarkan
pelatihan tentang cara beternak maggot.