Limbah penyulingan
serai wangi mengandung protein 7% dan serat kasar 26%, lebih baik dari jerami
padi, sehingga berpotensi sebagai pakan ternak. Pengembangan serai wangi dengan
ternak dapat dilakukan dengan pola nir limbah sebagai suatu sistem agribisnis
terpadu.
Serai wangi
(Cymbopogon nardus L.) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri.
Komponen utama minyak serai wangi adalah sitronela dan geraniol yang
masing-masing mempunyai aroma yang khas. Komponen tersebut dapat diisolasi lalu
diubah menjadi turunannya. Baik minyak, komponen utama maupun turunannya banyak
digunakan dalam industri kosmetik, parfum, sabun, dan farmasi. Minyak atsiri
serai wangi juga dapat digunakan sebagai insektisida, nematisida, antijamur,
antibakteri, hama gudang maupun jamur kontaminan lainnya. Kebutuhan pasar serai
wangi meningkat 3-5%/tahun. Negara pengimpor minyak serai wangi Indonesia yaitu
Amerika Serikat, China, Taiwan, Singapura, Belanda, Jerman, dan Filipina. Harga
minyak serai wangi berkisar Rp120.000- Rp140.000/kg, dengan harga terna basah
(daun segar) Rp250 Rp500/ kg daun.
Dalam mendukung pengembangan
serai wangi, Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (Balittro) telah
menghasilkan tiga varietas unggul serai wangi berproduksi tinggi, yaitu G1, G2,
dan G3. Produktivitas minyak varietas G1 berkisar antara 300-600 kg/ha/ tahun
dengan kadar sitronela 44%, Varietas G2 280-580 kg/ha/tahun dengan kadar
sitronela 46%, dan varietas G3 300-600 kg/ha/tahun dengan kadar sitronela 44%.
Penggunaan varietas unggul sangat penting karena beberapa serai wangi lokal
memiliki rendemen minyak yang sangat rendah.
Budi Dayanya Mudah Serai
wangi tumbuh mulai dari dataran rendah sampai ketinggian 1.200 m di atas
permukaan laut, namun akan berproduksi optimum pada 250 m dpl. Serai wangi
cocok ditanam pada lahan terbuka (tidak terlindung) dengan intensitas cahaya
75-100%. Serai wangi memiliki daya hidup yang kuat sehingga sering ditanam pada
lahan marginal. Namun, agar berproduksi tinggi, tanaman perlu dipupuk pada awal
pertumbuhan dan setelah panen. Serai wangi ditanam tanpa pengolahan tanah,
tetapi cukup dengan membuat lubang tanam berukuran 30 cm x 30 cm x 30 cm dan
jarak tanam 100 cm x 100 cm. Tiap lubang tanam diberi pupuk kandang 1-2 kg.
Penanaman dilakukan pada musim hujan, dengan menanam 1-2 anakan tiap lubang.
Penyulaman diperlukan bila ada tanaman yang mati pada umur 1-2 minggu setelah
tanam. Pada umur 1 bulan setelah tanam, tanaman dibumbun dan dipupuk urea 100-
150 kg/ha, SP36 60-90 kg/ha, dan KCl 100-150 kg/ha, atau sesuai kesuburan
tanah. Pemupukan selanjutnya dilakukan setelah panen pertama dan setiap 6 bulan
sekali. Panen daun serai wangi pertama kali dapat dilakukan setelah tanaman
berumur 6 bulan dan panen selanjutnya setiap 3 bulan. Jika panen terlambat,
tanaman akan berbunga dan mutu minyak menurun. Panen sebaiknya dilakukan pada
pagi hari, dengan memangkas daun kira-kira 5 cm di bawah leher pelepah daun.
Hasil daun segar pada panen tahun pertama rata-rata 20 t/ha dan hasil tertinggi
pada tahun keempat yaitu 60 t/ha dengan empat kali panen . Serai wangi dapat
dipanen sampai umur 6 tahun, namun bila dipelihara dengan baik, tanaman dapat
dipanen sampai umur 10 tahun. Dengan rendemen 0,8-1,2%, produksi minyak pada
tahun pertama berkisar antara 160-240 liter/ ha. Pada tahun 2011, harga minyak
serai wangi berada pada kisaran Rp130.000-Rp135.000/l. Meningkatnya harga minyak
serai wangi telah mendongkrak harga terna basah di tingkat petani. Harga terna
basah di beberapa sentra produksi serai wangi berkisar antara Rp200- Rp500
sehingga pendapatan petani berada pada kisaran Rp4-Rp10 juta/ ha pada panen
pertama. Pendapatan petani akan terus bertambah pada tahun kedua dan seterusnya
sejalan dengan peningkatan produksi terna basah dan penurunan biaya produksi.
Biaya budi daya serai wangi pada tahun kedua dan seterusnya hanya untuk
pemeliharaan, pemupukan, dan panen.
Potensial untuk Pakan
Limbah tanaman pangan dan
perkebunan memiliki potensi yang besar dalam penyediaan pakan hijauan bagi
ruminansia, seperti sapi, kambing, domba, dan kerbau. Limbah serai wangi dapat
dimanfaatkan sebagai pakan hijauan untuk ternak. Limbah serai wangi mempunyai
mutu yang lebih baik dibandingkan dengan jerami . Kandungan proteinnya 7%, jauh
di atas limbah jerami yang hanya 3,9%. Kadar protein dapat ditingkatkan dengan
melakukan fermentasi menggunakan probion dan molase sehingga protein menjadi
11,2%. Limbah serai wangi memiliki kandungan serat kasar yang lebih baik (lebih
rendah) dibandingkan dengan jerami dan rumput gajah, yaitu 25,7%. Limbah
penyulingan serai wangi dapat digunakan langsung atau 1- 2 hari setelah
penyulingan. Bila limbah telah kering dapat diperciki air hingga agak basah
sebelum diberikan kepada ternak. Takaran untuk sapi adalah 10 kg limbah
serai wangi ditambah ampas tahu 10 kg untuk setiap kali pemberian. Pemberian
pakan dilakukan setiap pagi dan sore. Penggunaan limbah serai wangi sebagai
pakan dapat mengurangi bau kurang sedap pada pupuk kandang. Serai wangi dapat
dipanen setiap 3 bulan. Dengan
mengatur waktu panen, serai wangi dapat dipanen sepanjang tahun sehingga
menjamin ketersediaan pakan.
Prospek PengembanganTanaman serai wangi dapat
tumbuh baik pada lahan marginal dan tingkat serangan OPT rendah sehingga
pemeliharaannya mudah. Dengan demikian, serai wangi merupakan salah satu
tanaman atsiri yang sangat potensial dikembangkan di Indonesia. Selain
menghasilkan minyak atsiri yang mempunyai harga dan pasar cukup baik, limbah
serai wangi dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak ruminansia. Pengembangan
serai wangi bersama ternak dapat dilakukan dengan pola nir limbah sebagai suatu
sistem agribisnis terpadu.
Sumber: http://pmkpkrai.blogspot.com