Beternak MAGGOT Sebagai Alternatif Pakan Ternak Bergizi Tinggi



Magot adalah sejenis belatung yang memiliki kandungan protein tinggi yang bisa dijadikan alternatif pakan ternak. Akhir-akhir ini semakin digemari oleh para peternak karena berbagai alasan, diantaranya pembudidayaan belatung ini adalah memanfaatkan sampah organik  yang biayanya murah, mudah dalam budidayanya, tidak membutuhkan lahan yang luas,  dan bisa dimulai dari modal yang tidak besar,  dan permintaan pasar masih tinggi.

Dari informasi yang didapat dari petani di Bali yang telah mengembangkan budidaya maggot, budidaya maggot dimulai dari meletakkan bibit Maggot yang disebut Pre-pupa di dalam ruangan perkembangbiakan selama 14 hari. Setelah itu maka Pre-pupa akan berubah menjadi lalat Black Soldier Fly (BSF). Kemudian lalat BSF betina akan menghasilkan telur pada media kayu yang ditumpuk, selanjutnya lalat-lalat itu akan mati. Lalat BSF bertelur pada media kayu yang sudah ditumpuk, dan sepasang lalat bisa menghasilkan 500 sampai 900 butir telur.

Black Soldier Fly (BSF) adalah lalat berwarna hitam yang dalam Bahasa latin disebut Hermetia Illucens,  yang fase hidup nya (lalat) singkat hanya sekitar rata-rata 7 hari, BSF ini tidak makan dan hanya minum. BSF ini adalah jenis lalat yang bukan merupakan vector penyakit seperti lalat hijau/lalat sampahmelainkan  jenis lalat yang bersih dan bersahabat dengan manusia.

BSF dapat kita budidayakan dalam sebuah kandang sehingga kebutuhan akan telur-telurnya dapat dihasilkan secara menerus (sustainable). Sinar matahari merupakan sarat mutlak dalam mendukung aktifitas BSF, oleh karenanya iklim tropis yang dimiliki oleh kita di Indonesia sangat mendukung dalam budidayanya ini.

Informasi terkait cara dan Teknik budidaya Maggot ini telah banyak beredar di internet. Salah satu rekomendasi penulis adalah situsweb Maggobsf.com. Disamping informasi yang cukup memadai dan valid, situs ini juga menawarkan pelatihan tentang cara beternak maggot.

Penggunaan Konsentrat Hijau Indigofera Untuk Pakan Ternak



Penggunaan Konsentrat Hijau Indigofera  untuk campuran pakan ternak dapat menghemat biaya pakan untuk tingkat produktivitas sama.

Kelebihan tanaman indigofera (Indigofera zollingeriana)
  1. Produksi biomasa tinggi
  2. Mudah dibudidayakan
  3. Mudah diperbanyak
  4. Kualitas Hijauan tinggi
  5. Toleran kekeringan
  6. Menahan erosi
  7. Memperbaiki kesuburan tanah
  8. Aman & disukai ternak

Pemberian Indigofera untuk perbaikan kualitas daging sapi
  • Daging lebih merah cerah
  • Kandang sapi relatif tdk bau
  • Lemak punggung berkurang
  • Kolesterol daging menurun 18%
  • Meningkat nilai marbling
  • Reproduksi meningkat (CR) dari 40% menjadi 68-70% 

Kandungan Nutrisi Indigofera:

Kandungan nutrisi
Kisaran nilai
Bahan kering (%)
88,11 ± 2,7
Abu (%)
6,14 ± 1,45
Lemak kasar (%)
3,62 ± 0,23
Protein kasar (%)
29,16 ± 2,37
Serat kasar (%)
14,02 ± 2,48
Bahan Ekstrak tanpa N (%)
35,1 ± 2,54
NDF (%)
47- 61
ADF (%)
21- 39
TDN (%)
75-78
Selulosa (%)
11-16
Lignin (%)
2,4-4,6
Ca (%)
1,78 – 2,04
P(%)
0,34 – 0,46
K (%)
1,46 – 4,21
Mg (%)
0,32 - 0,51
Vitamin A (IU/100mg)
5054
Vitamin D (mg/100g)
34,7
Vitamin E (mg/100g)
13,32
Kecernaan bahan kering pada kambing (%)
78 – 82
Kecernaan bahan organic pada kambing (%)
77 – 80
Kecernaan protein (%)
82,3 – 86,3
Tanin (%)
0,03 – 0,14


Pengembangan Produk Berbasis Indigofera dapat berupa:
• Produk murni (tepung, hay, cube dan pellet)
• Produk komplit feed
• Produk custom (imbangan energy : protein)
• Produk turunan indigofera (bahan aktif berupa metabolit secunder)

Penggunaan Konsentrat Hijau pada gurame:
  • Tingkat ketahanan hidup gurame 82%
  • Kandungan protein daging gurame lebih tinggi 36% lebih tinggi
  • Kualitas air tidak tercemari DO 5.6-6.1 (TPI) vs 5.1 – 6.3 (TK)


Sumber/penulis: Luki Abdullah
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Teknik Pijah Ikan Cupang


Langkah-langkah pemijahan ikan cupang:
  1. Dapatkan indukan atau bibit berkualitas. Indukan yang baik sebisa mungkin berasal dari keturunan unggul, kondisinya bugar, bebas penyakit dan cacat bawaan. Simpan indukan jantan dan betina di tempat terpisah. Sebelum pemijahan dilakukan, pastikan indukan jantan dan betina sudah masuk dalam fase matang gonad atau siap untuk dikawinkan
  2. Setelah indukan jantan dan indukan betina siap untuk memijah, sediakan tempat berupa wadah dari baskom plastik atau akuarium kecil dengan ukuran 20x20x20 cm. Siapkan juga gelas plastik untuk tempat ikan cupang betina. Sediakan juga tumbuhan air seperti kayambang.
  3. Isi tempat pemijahan dengan air bersih setinggi 10-15 cm. Seabagai catatan gunakan air tanah atau air sungai yang jernih. Endapkan terelebih dahulu air yang akan dipakai setidaknya selama satu malam. Hindari penggunaan air dalam kemasan atau air PAM yang berbau kaporit.
  4. Tambahkan kedalam wadah tersebut tanaman air, sebagai tempat burayak berlindung. Tapi penempatan tanaman air jangan terlalu padat. Karena tanaman air berpotensi mengambil oksigen terlarut yang ada dalam air.
  5. Masukkan ikan cupang jantan yang telah siap kawin. Biarkan ikan tersebut selama satu hari dalam wadah. Ikan cupang jantan akan membuat gelembung-gelembung udara. Gunanya untuk menyimpan telur yang sudah dibuahi. Untuk memancing si jantan membuat gelembung, masukkan ikan cupang betina tetapi dipisah. Caranya, ikan betina dimasukkan dalam gelas plastik bening (bekas gelas akua) dan benamkan ke dalam aquarium dimana ikan jantan berada.
  6. Setelah indukan jantan membuat gelembung, masukkan indukan betina. Waktu pemijahan ikan cupang biasanya terjadi sekitar pukul 7-10 pagi atau pukul 4-6 sore. Ikan cupang cukup sensitif ketika kawin, sebaiknya tutup wadah dengan koran atau letakkan di ruang yang terhindar dari hilir mudik orang dan suara bising.
  7. Setelah terjadi pembuahan angkat segera indukan betina, karena yang bertanggung jawab membesarkan dan menjaga burayak adalah cupang jantan. Dengan mulutnya si jantan akan memunguti telur yang telah dibuahi dan meletakkannya pada gelembung-gelembung tadi. Apabila indukan betina tidak diangkat, maka telur-telur yang telah dibuahi akan dimakan si betina.
  8. Setelah kurang lebih satu hari telur-telur tersebut akan menjadi burayak. Selama 3 hari kedepan burayak tidak perlu diberi pakan karena masih ada nutrisi yang terbawa dalam telur. Ikan cupang jantan juga akan berpuasa selama menjaga burayak.
  9. Setelah tiga hari terhitung sejak telur menetas, berikan kutu air (moina atau daphnia). Pemberian pakan jangan lebih banyak dari burayak karena pakan akan mengotori air dan menyebabkan kematian pada burayak.
  10. Indukan jantan baru diambil setelah burayak berumur 2 minggu terhitung sejak menetas. Pindahkan burayak tersebut pada wadah yang lebih besar dan berikan kutu air yang lebih besar atau larva nyamuk.
  11. Setelah 1,5 bulan, ikan sudah bisa dipilah berdasarkan jenis kelaminnya. Kemudian pisahkan ikan-ikan tersebut ke wadah pembesaran.


Limbah Serai Wangi Potensial sebagai Pakan Ternak



 Limbah penyulingan serai wangi mengandung protein 7% dan serat kasar 26%, lebih baik dari jerami padi, sehingga berpotensi sebagai pakan ternak. Pengembangan serai wangi dengan ternak dapat dilakukan dengan pola nir limbah sebagai suatu sistem agribisnis terpadu.

 Serai wangi (Cymbopogon nardus L.) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri. Komponen utama minyak serai wangi adalah sitronela dan geraniol yang masing-masing mempunyai aroma yang khas. Komponen tersebut dapat diisolasi lalu diubah menjadi turunannya. Baik minyak, komponen utama maupun turunannya banyak digunakan dalam industri kosmetik, parfum, sabun, dan farmasi. Minyak atsiri serai wangi juga dapat digunakan sebagai insektisida, nematisida, antijamur, antibakteri, hama gudang maupun jamur kontaminan lainnya. Kebutuhan pasar serai wangi meningkat 3-5%/tahun. Negara pengimpor minyak serai wangi Indonesia yaitu Amerika Serikat, China, Taiwan, Singapura, Belanda, Jerman, dan Filipina. Harga minyak serai wangi berkisar Rp120.000- Rp140.000/kg, dengan harga terna basah (daun segar) Rp250 Rp500/ kg daun.

Dalam mendukung pengembangan serai wangi, Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (Balittro) telah menghasilkan tiga varietas unggul serai wangi berproduksi tinggi, yaitu G1, G2, dan G3. Produktivitas minyak varietas G1 berkisar antara 300-600 kg/ha/ tahun dengan kadar sitronela 44%, Varietas G2 280-580 kg/ha/tahun dengan kadar sitronela 46%, dan varietas G3 300-600 kg/ha/tahun dengan kadar sitronela 44%. Penggunaan varietas unggul sangat penting karena beberapa serai wangi lokal memiliki rendemen minyak yang sangat rendah.

Budi Dayanya Mudah Serai wangi tumbuh mulai dari dataran rendah sampai ketinggian 1.200 m di atas permukaan laut, namun akan berproduksi optimum pada 250 m dpl. Serai wangi cocok ditanam pada lahan terbuka (tidak terlindung) dengan intensitas cahaya 75-100%. Serai wangi memiliki daya hidup yang kuat sehingga sering ditanam pada lahan marginal. Namun, agar berproduksi tinggi, tanaman perlu dipupuk pada awal pertumbuhan dan setelah panen. Serai wangi ditanam tanpa pengolahan tanah, tetapi cukup dengan membuat lubang tanam berukuran 30 cm x 30 cm x 30 cm dan jarak tanam 100 cm x 100 cm. Tiap lubang tanam diberi pupuk kandang 1-2 kg. Penanaman dilakukan pada musim hujan, dengan menanam 1-2 anakan tiap lubang. Penyulaman diperlukan bila ada tanaman yang mati pada umur 1-2 minggu setelah tanam. Pada umur 1 bulan setelah tanam, tanaman dibumbun dan dipupuk urea 100- 150 kg/ha, SP36 60-90 kg/ha, dan KCl 100-150 kg/ha, atau sesuai kesuburan tanah. Pemupukan selanjutnya dilakukan setelah panen pertama dan setiap 6 bulan sekali. Panen daun serai wangi pertama kali dapat dilakukan setelah tanaman berumur 6 bulan dan panen selanjutnya setiap 3 bulan. Jika panen terlambat, tanaman akan berbunga dan mutu minyak menurun. Panen sebaiknya dilakukan pada pagi hari, dengan memangkas daun kira-kira 5 cm di bawah leher pelepah daun. Hasil daun segar pada panen tahun pertama rata-rata 20 t/ha dan hasil tertinggi pada tahun keempat yaitu 60 t/ha dengan empat kali panen . Serai wangi dapat dipanen sampai umur 6 tahun, namun bila dipelihara dengan baik, tanaman dapat dipanen sampai umur 10 tahun. Dengan rendemen 0,8-1,2%, produksi minyak pada tahun pertama berkisar antara 160-240 liter/ ha. Pada tahun 2011, harga minyak serai wangi berada pada kisaran Rp130.000-Rp135.000/l. Meningkatnya harga minyak serai wangi telah mendongkrak harga terna basah di tingkat petani. Harga terna basah di beberapa sentra produksi serai wangi berkisar antara Rp200- Rp500 sehingga pendapatan petani berada pada kisaran Rp4-Rp10 juta/ ha pada panen pertama. Pendapatan petani akan terus bertambah pada tahun kedua dan seterusnya sejalan dengan peningkatan produksi terna basah dan penurunan biaya produksi. Biaya budi daya serai wangi pada tahun kedua dan seterusnya hanya untuk pemeliharaan, pemupukan, dan panen.

Potensial untuk Pakan 
Limbah tanaman pangan dan perkebunan memiliki potensi yang besar dalam penyediaan pakan hijauan bagi ruminansia, seperti sapi, kambing, domba, dan kerbau. Limbah serai wangi dapat dimanfaatkan sebagai pakan hijauan untuk ternak. Limbah serai wangi mempunyai mutu yang lebih baik dibandingkan dengan jerami . Kandungan proteinnya 7%, jauh di atas limbah jerami yang hanya 3,9%. Kadar protein dapat ditingkatkan dengan melakukan fermentasi menggunakan probion dan molase sehingga protein menjadi 11,2%. Limbah serai wangi memiliki kandungan serat kasar yang lebih baik (lebih rendah) dibandingkan dengan jerami dan rumput gajah, yaitu 25,7%. Limbah penyulingan serai wangi dapat digunakan langsung atau 1- 2 hari setelah penyulingan. Bila limbah telah kering dapat diperciki air hingga agak basah sebelum diberikan kepada ternak. Takaran untuk sapi adalah 10 kg limbah  serai wangi ditambah ampas tahu 10 kg untuk setiap kali pemberian. Pemberian pakan dilakukan setiap pagi dan sore. Penggunaan limbah serai wangi sebagai pakan dapat mengurangi bau kurang sedap pada pupuk kandang. Serai wangi dapat dipanen setiap 3 bulan. Dengan mengatur waktu panen, serai wangi dapat dipanen sepanjang tahun sehingga menjamin ketersediaan pakan.
  
Prospek PengembanganTanaman serai wangi dapat tumbuh baik pada lahan marginal dan tingkat serangan OPT rendah sehingga pemeliharaannya mudah. Dengan demikian, serai wangi merupakan salah satu tanaman atsiri yang sangat potensial dikembangkan di Indonesia. Selain menghasilkan minyak atsiri yang mempunyai harga dan pasar cukup baik, limbah serai wangi dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak ruminansia. Pengembangan serai wangi bersama ternak dapat dilakukan dengan pola nir limbah sebagai suatu sistem agribisnis terpadu.



Peternakan Terbesar di Indonesia Dibuka, Tampung 10.000 Sapi Perah



Peternakan sapi perah terbesar di Indonesia seluas 172 hektar dibuka di Wlingi, Blitar, Jawa Timur pada Selasa (6/2/2018). Peternakan yang dikelola PT Greenfield Indonesia dan dapat menampung 10.000 ekor sapi itu diharapkan dapat meningkatkan produksi susu segar dalam negeri.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartanto yang ikut membuka peternakan mengatakan, Indonesia sampai saat ini masih belum mampu mencukupi kebutuhan susu. Tahun 2016, kebutuhan bahan baku susu segar dalam negeri untuk industri pengolahan susu adalah 3,7 juta ton. Namun, pasokan susu segar hanya 852 ribu ton alias 23 persen dari kebutuhan. Sisanya, Indonesia masih harus mengimpor dalam bentuk susu skim, butter milk powder, dan anhydroud milk fat.

Kami ingin meningkatkan pasokan susu segar dalam negeri dari 23 persen menjadi 41 persen pada 2022," ungkap Airlangga. Bagi PT Greenfield Indonesia, peternakan sapi perah ini merupakan yang kedua di Indonesia. Sebelumnya, produsen susu segar dengan market share tertinggi di Indonesia itu telah memiliki peternakan sapi perah di Babadan, Malang.

"Peternakan baru ini kami harapkan bisa memenuhi permintaan Indonesia. Saat ini peningkatan permintaan susu segar sedang naik," kata Edgar Collins, CEO AustAsia Dairy Group, perusahaan yang memayungi Greenfield. Penambahan sapi perah untuk peternakan baru ini akan dilakukan dalam beberapa tahap. Akhir 2018, peternakan baru ini akan punya 7.266 sapi perah dengan kapasitas produksi 2,2 juta liter susu per bulan. Selanjutnya, pada akhir 2019, diharapkan peternakan telah berisi 9.264 sapi perah dengan kapasitas produksi 3,8 juta liter susu per bulan. 2020, diharapkan target 10.000 sapi perah dengan kapasitas produksi 4,1 juta liter susu tercapai.

"Tahun ini Greenfield berkontribusi sebesar 5 persen dari total produksi susu mentah Indonesia. Saat peternakan ke-2 beroperasi secara penuh, kontribusi kami terhadap produksi susu mentah Indonesia akan meningkat jadi 10 persen," ungkap Edgar.
Setelah memiliki 8 peternakan di China, Greenfield yang merupakan anak dari Japfa Group menargetkan membuka 5 peternakan sapi perah di Indonesia. "Peternakan ketiga mungkin akan dibuka dalam dua tahun ke depan. Yang selanjutnya kami masih akan lihat lagi permintaan dan kebijakan," ungkap Edgar.

Darmanto Setiawan, Head of Manufacturing PT Greenfield Indonesia juga mengatakan bahwa penambahan peternakan ini sesuai dengan target perusahaan untuk meningkatkan variasi produk.

Saat ini, persentase penjualan tertinggi Greenfield adalah susu pasteurisasi, yaitu 65 persen. Sementara, banyak jenis produk susu yang belum tergarap. "Yang baru-baru ini kita garap adalah susu UHT kemasan kecil, 250 ml dan 200 ml. Ini pangsa pasarnya besar," katanya.

Greenfield juga mulai menggarap produk yoghurt segar dan beragam jenis keju. Selain dari sisi produksi, Greenfield juga akan mengembangkan peternakan sapi perah yang lebih ramah lingkungan. Salah satunya adalah mencukupi kebutuhan listrik dari biogas kotoran sapi. Edgar mengatakan, peternakan di China telah menerapkan teknologi tersebut. "Tahapan berikutnya, Greenfield Farm 2 akan memiliki sistem pembangkit listrik sendiri dengan kapasitas 1,5 MW," katanya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com 
Penulis : Yunanto Wiji Utomo
Editor : Shierine Wangsa Wibawa

Kelebihan Pakan Berbasis Indigofera (Indigofera Zollingeriana)



Indigofera Zollingeriana merupakan leguminosa yang memiliki kandungan protein yang tinggi sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak seperti sapi perah, ayam petelur, sapi potong, ayam broiler, kambing dan ikan. Kandungan protein tepung pucuk Indigoferra Zollingeriana adalah 28.41% (Santi, MA. 2015), selain itu tepung pucuk Indigoferra Zollingeriana mengandung xantophyl dan karatenoid yang dapat dimanfaatkan oleh ternak sebagai sumber antioksidan didalam ransum.

Pengembangan Produk Berbasis Indigofera (Indigofera Zollingeriana) dapat berupa:
  • Produk murni (tepung, hay, cube dan pellet)
  • Produk komplit feed
  • Produk custom (imbangan energy : protein)
  • Produk turunan indigofera (bahan aktif berupa metabolit secunder)

Kelebihan Pakan Berbasis Indigofera (Indigofera Zollingeriana) adalah:
  • Produksi hijauan per tahun lebih tinggi dari legume lain dan bisa dipanen hingga 9 kali dalam setahun
  • Waktu panen lebih cepat 40-5- hari , legume lain 60-90 hari
  • Kualitas nutrisi sangat tinggi, protein bisa mencapai 31 %
  • Produksi biomasa dan kandungan nutrisinya lebih besar dibandingkan dengan jenis leguminosa pohon lain pada kondisi tanah dan iklim yang sama
  • Cepat tumbuh  dan bisa dipanen 4 bulan setelah tanam
  • Bisa membuat biaya pakan menjadi murah
  • Bisa tumbuh pada ketinggian 0-2200 m mdpl
  • Sangat toleran terhadap cekaman kekeringan, salin, alkalin dan tanah masam
  • Mudah dibudidayakan dan bisa menghasilkan sepanjang tahun
  • Dapat digunakan sebagai pakan berbagai ternak dan tidak beracun
  • Sangat mudah dibudidayakan karena menghasilkan biji sebagai sumber benih sepanjang tahun tanpa mengenal musim



dari berbagai sumber

Daftar Istilah Dalam Bahan Baku Pakan Ternak

Berikut ini adalah beberapa pengertian tentang bahan baku pakan ternak:

1. Air, kandungan air dalam setiap jenis pakan bervariasi. Hijauan umumnya mengandung 75—90% air. Sementara itu, untuk pakan yang sudah kering, seperti dedak padi, mengandung 10% air. Kadar air dalam pakan perlu diketahui untuk membandingkan dengan nilai nutrisi berdasarkan bahan keringnya.

2. Protein Kasar (PK) merupakan semua ikatan yang mengandung Nitrogen (N), baik protein sesungguhnya(true protein) maupun zat-zat yang mengandung protein, tapi bukan protein.

3. Bahan Kering (BK) adalah komponen pakan ternak yang sudah tidak mengandung air. Pengetahuan mengenai bahan kering pada pakan ternak diperlukan untuk perhitungan Penyusunan dan pemberian pakan ternak.

4. Abu merupakan zat pakan anorganik, abu mengadung unsur-unsur yang dibutuhkan oleh ternak seperti, Ca, K, Na, Mg, Fe, P, dan CL.

5. Lemak Kasar(LK), kadar lemak dalam pakan dapat diketahui melalui ekstrak yang dilarutkan dalam ether, meski zat-zat lain juga larut di dalamnya. Karena itu, kadar lemak yang menjadi acuan perhitungan lebih tepat disebut lamak kasar(LK)

6. Karbohirat, dalam analisih proksimat, yang termasuk karbohidrat adalah ekstrak tanpa nitrogen(BETN). BETN merupakan komponen karbohidrat yang mudah dicerna dan sumber energi yang baik bagi ternak ternak. Nilai BETN didapatkan dari 100% dikurangi persentase abu, serat kasar, lemak, dan protein kasar.

7. Serat Kasar(SK) merupakan komponen karbohidrat yang terdiri atas polisakarida yang tidak larut (selulosa dan hemiselulosa) serta lignin. Dalam ikatan lignoselulosa lignin memiliki koefisiensi cerna sangat rendah. Semakin tua tanaman, kandungan ligninnya semakin tinggi. Jerami padi termasuk bahan pakan dengan kandungan lignin tinggi sehingga sulit dicerna.

8. Konsentrat merupakan makanan penguat yang terdiri dari bahan baku yang kaya karbohidrat dan protein seperti jagung kuning, bekatul, dedak gandum dan bungkil (kedelai dan kelapa). Konsentrat untuk ternak umumnya disebut makanan penguat atau bahan baku makanan yang memiliki kandungan serat kasar kurang dari 18% dan mempunyai kandungan protein yang cukup tinggi, dan mudah dicerna.

Pemberian pakan jerami padi fermentasi bersama dengan konsentrat, memungkinkan setiap bahan akan saling menutupi kekurangannya, sehingga dapat memenuhi kebutuhan gizi yang diperlukan tubuh. Untuk mengetahui zat makanan yang dapat diabsorbsi oleh tubuh maka diperlukan pengukuran daya cerna.

Kosentrat dapat dibagi dua bagian yaitu:
Konsentrat sebagai sumber protein adalah sumber konsentrat yang mengandung nilai protein lebih dari 18%, dan TDN(Total Digestablenya) adalah 60%. Misalnya tepung ikan, tepung daging, tepung susu, tepung darah, tepung bulu, dan tepung cacing, tepung kedelai, bungkil kedalai, bunngkil kelapa, bungkil kelapa sawit.

Kosentrat sebagai sumber energy adalah konsentrat yang mengadung nilai protein di bawah 18%, daya cerna(TDN) 60%, dan serat kasarnya lebih dari 10%, contohnya adalah dedak, bekatul, jagung, polar, dll.

9. Total Digestible Nutrient (TDN) dalam bahasai Indonesia adalan total nutrient tercerna. Jumlah persetase semua sumber pakan ternak yang dapat dicerna, seperti protein, karbohidrat, serat kasar dan lemak. Untuk minghitung TDN adalah dengan menjumlahkan presentase dari zat pakan tersebut.

10. Ransum adalah bahan pakan campuran dua atau lebih bahan pakan yang disusun untuk memenuhi kebutuhan ternak selama satu hari.Ransum adalah campuran bahan pakan jadi yang siap diberikan pada ternak yang terdiri dari dua atau lebih bahan pakan dari berbagai jenis bahan pakan yang telah dihitung nilai energi dan nutrisinya yang diperlukan oleh ternak untuk memenuhi kebutuhan pakan dalam satu hari.

11. Complete Feed merupakan suatu aplikasi teknologi formulasi pakan dimana mencampur(mix) semua bahan pakan yang ada, seperti dari hijauan ( limbah pertanian ) dan konsentrat yang dicampur menjadi satu tanpa atau hanya sedikit tambahan rumput segar. Pakan complete feed merupakan fomulasi ransum yang berimbang yang telah lengkap, yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ternak, seperti untuk pertumbuhan, perawatan jaringan maupun produksi. Dalam aplikasi pemberiannya, ransum complete feed tidak memerlukan bahan tambahan lainnya kecuali air minum.

12. Sumber bahan Additive adalah bahan tambahan yang perlu atau biasa ditambahkan dalam jumlah yang relatif sedikit dalam bahan pakan yang kadang kala diperlukan untuk melengkapi ransum yang disusun. Misalnya menambahkan aroma atau cita rasa, asam amino atau asam amino, vitamin.

13. Sumber serat adalah bahan-bahan yang memiliki kandungan serat kasar (SK) >18%, contohnya limbah pertanian, kulit biji polong-polongan dll.

14. Sumber energi adalah bahan-bahan yang memiliki kadar protein kurang dari 20% dan serat kasar kurang dari 18% atau dinding selnya kurang dari 35%, contohnya biji-bijian, kacang-kacangan, buah-buahan, umbi-umbian dan limbah sisa penggilingan.

15. Sumber protein adalah bahan-bahan yang memiliki kandungan protein kasar >20% baik bahan yang berasal dari tumbuhtumbuhan seperti bungkil, bekatul maupun yang berasal dari hewan seperti silase ikan.

16. Sumber mineral adalah bahan-bahan yang memiliki kandungan mineral yang cukup tinggi, misalnya garam dapur, kapur makan, tepung ikan, grit kulit bekicot, grit kulit kerang dan grit kulit ikan.

17. Sumber vitamin adalah bahan-bahan yang memiliki kandungan vitamin cukup tinggi, misalnya makanan berbutir dan umbi-umbian.

18. Pakan tambahan adalah bahan-bahan tertentu yang ditambahkan kedalam ransum, seperti obat-obatan, anti biotika, hormon, air, dan zat pengharum.


Teknik Budidaya Cacing Sutra


Bagi anda peternak ikan pasti tahu dengan hewan yang satu ini, yaitu cacing sutra atau biasa disebut dengan cacing rambut. Cacing rambut atau cacing sutra sendiri memiliki tubuh yang sangat lunak dan lembut seperti halnya sutra ataupun rambut dengan ukuran yang sangat kecil disbanding dengan cacing ukuran jenis lainnya.

Cacing ini juga termasuk ke dalam kelompok cacing- cacingan yang biasanya disebut Tubifex sp dalam ilmu sain. Cenderung lebih kecil dan pendek, cacing sjutra memiliki ukuran kurang lebih sekitar 1 hingga 2 cm dan berwarna kemerah- merahan.

Cacing ini juga hidup secara berkelompok atau berkoloni, sehingga jika diletakkan dalam suatu wadah, bentuknya akan menyerupai gumpalan ataupun koloni kemerahan yang melambai- lambai. Karena tergolong cacing berukuran kecil, cacing sutra hanya memiliki saluran pencernaan berupa celah- celah kecil dari mulutnya dengan jumlah sekitar 30 hingga 60 ruas. Anda dapat menemukan cacing sutra pada lumpur- lumpur di sekitar sawah ataupun di dasar perairan, cacing sutra pada umumnya membuat lubang pada lumpur ataupun di dasar perairan.

Cacing sutra banyak dicari orang karena memiliki banyak sekali manfaat, terutama bagi para peternak. Tidak hanya itu, saat ini telah banyak orang yang ingin membudidayakan cacing sutra sebagai ladang pendapatan yang menjanjikan.

Seperti peternak ataupun orang- orang yang memiliki usaha di bidang pangan ternak. Dibandingkan dengan bahan dasar campuran pakan ternak lainnya, cacing sutra memiliki gizi yang lebih baik sehingga ternak akan lebih ternutrisi dan berkualitas. Adapun zat yang terkandung dalam cacing sutra yaitu kandungan protein yang sangat tinggi, lemak yang cukup, serat yang sangat baik untuk kesehatan pencernaan ternak anda, kadar abu yang sangat baik bagi metabolism ternak serta kandungan mineral dan air.

Dengan banyaknya kandungan baik dalam cacing sutra, maka banyak sekali peternak memanfaatkannya dan jika anda masih penasaran dengan berbagai manfaat dari cacing sutra, berikut rinciannya.

Manfaat Cacing Sutra :
  • Pakan alami campuran pangan ternak yang sangat baik dengan gizi yang tinggi.
  • Untuk budidaya ikan air tawar agar daging yang dihasilkan lebih berkualitas
  • Pakan budidaya ternak belut.
  • Pakan budidaya ternak lele.
  • Sangat baik untuk budidaya ternak ikan cupang.
  • Pakan ternak lobster air tawar, agar lobster memiliki ukuran yang besar dan berdaging banyak.
  • Campuran pakan untuk ternak ayam kampung, ayam hias, petelur, dan pedaging agar daging berprotein tinggi
  • Campuran pakan hewan peliharaan.

Di atas merupakan sebagian kecil dari manfaat yang bisa anda dapatkan dari cacing sutra. Selain karena manfaatnya, seperti yang anda ketahui bahwa cacing sutra memiliki harga yang cukup mahal dibanding dengan bahan pakan lainnya seperti pellet ataupun lainnya.

Namun karena cara membudidayakan cacing sutra sangat mudah seperti Cara Budidaya Ikan Mas, anda tidak perlu khawatir lagi dalam mencari cacing sutra di pasaran. Anda dapat membudidayakan sendiri cacing sutra sendiri di rumah, bahkan anda bisa menjualnya dan mendapatkan keuntungan berlipat lipat seperti  Cara Ikan Cupang. Untuk anda yang tertarik dengan bisnis budidaya cacing sutra, berikut adalah pembahasan secara sederhana dan mudah untuk anda ikuti mengenai cara budidaya cacing sutra.

Bibit Cacing Sutra
Untuk bibit cacing sutra sendiri, anda bisa mendapatkannya dengan mudah. Untuk mendapatkannya anda bisa membelinya di toko ikan hias ataupun pasar hewan, namun jika anda memiliki ladang ataupun sawah, anda juga bisa mencarinya di lumpur. Namun jika anda memilih untuk mengambil bibitnya secara langsung dari cacing sutra anda disarankan untuk mengambil bibit cacing yang berkualitas.

Adapun langkah jika anda ingin mendapatkan bibit cacing sutra secara langsung :
  • Perhatikan terlebih dahulu cacing sutra yang akan anda jadikan bibit, cacing sutra yang dijadikan bibit haruslah berkualitas dan memiliki daya tahan lama dengan ciri gumpalan cacing sutra menyerupai gumpalan rambuyt yang bergerak- gerak dengan cepat.
  • Pisahkan sebuah gumpalan dari gumpalan cacing sutra lainnya dan pindahkanlah ke dalam sebuah wadah yang telah diisi air bersih secukupnya.
  • Pemindahan cacing sutra ini bertujuan untuk mengkarantina agar terhindar dari berbagai macam bakteri ataupun logam yang terkandung di dalamnya.
  • Proses pengkarantinaan ini dianjurkan selama kurang lebih 2 hingga 3 hari dan selama proses karantina usahakanlah agar wadah cacing sutra selalu dialiri oleh air bersih dengan volume air yang kecil.
  • Anda cuga harus memastikan bahwa kondisi air yang anda alirkan memiliki tingkat kadar oksigen yang cukup.
  • Apabila kadar oksigen kurang anda dapat memasang alat aerator untuk menambah oksigen dalam air.

Media Budidaya Cacing Sutra
Setelah anda mendapatkan bibit cacing sutra yang berkualitas, langkah selanjutnya adalah penyediaan media budidaya cacing sutra yang berbeda dengan Cara Budidaya Ikan Lele. Perlu anda ketahui ada dua macam media yang dapat anda gunakan diantaranya yaitu media lumpur dan media air biasa.

Jika anda ingin membudidayakan cacing sutra di lumpur, maka anda disarankan untuk mencari lumpur dengan kondisi yang baik yaitu media lumpur yang tidak mengandung logam. Anda bisa menemui lumpur yang baik di sekitar area persawahan. Dan usahakan ketika anda menggunakan media lumpur, lumpur harus dialiri air dengan baik.

Namun jika anda memilih menggunakan media air biasa, berikut adalah langkah tepatnya :
  • Ini merupakan salah satu jenis budidaya cacing sutra tanpa lumpur, sehingga anda tidak perlu bersusah payah untuk mencari media lumpur.
  • Dengan metode ini, anda juga akan lebih hemat. Pertama sediakanlah nampan yang bersih dan cukup besar.
  • Lalu siapkan juga air yang bersih, dalam budidaya cacing sutra air merupakan komponen terpenting yang harus anda perhatikan dengan baik.
  • Usahakan juga air selalu mengalir dan untuk memudahkan budidaya cacing sutra anda, anda dapat menggunakan nampan plastic yang disusun seperti sistem rak yang mudah disusun sehingga terlihat rapih.
  • Untuk mengalirkan air, anda dapat mengalirkan air bersih dengan meletakkan saluran air di tempat rak nampan paling atas.

Pemindahan Bibit Cacing Sutra
Dalam cara budidaya cacing sutra anda juga harus melakukan pemindahan bibit yang telah anda karantina sebelumnya. Bibit yang sudah siap dibudidayakan bisa langsung anda pindahkan dalam media budidaya yang telah anda siapkan sebelumnya.

Adapun cara pemindahan yang tepat dan benar agar cacing sutra anda tidak mati dalam tahap pemindahannya :
  • Untuk melakukan pemindahan bibit cacing sutra anda harus melakukannya secara hati- hati karena cacing sutra mudah stress.
  • Lakukan pemindahan bibit cacing sutra menggunakan alat seperti sendok ataupun jarring ikan kecil.
  • Disarankan anda tidak memindahkan cacing sutra dengan tangan, karena suhu pada tangan anda dapat mempengaruhi kegagalan dalam budidaya cacing sutra anda.
  • Lakukan pemindahan bibit dengan cepat dan jangan mengulur waktu agar bibit tidak stress dan cepat mati.

Perawatan Cacing Sutra
Langkah terpenting dalam cara budidaya cacing sutra adalah perawatan. Perawatan ini akan menentukan hasil dari budidaya cacing sutra anda dan perawatan yang tepat dan dilakukan dengan benar akan menghasilkan cacing sutra dengan kualitas yang baik.
Berikut adalah langkah sederhana dan baik yang dapat anda aplikasikan dalam membudidayakan cacing sutra anda :
  • Langkah pertama dalam perawatan cacing sutra adalah, perhatikanlah selalu debit air yang mengalir pada media budidaya.
  • Untuk debit yang mengalir usahakan pada kisaran 5 hingga 7 cm, usahakan debit yang mengalir tidak lebih dan tidak kurang agar cacing dapat hidup dan berkembang biak dengan baik.
  • Dengan debit air yang baik untuk mengaliri media, maka kondisi oksigen dalam airpun akan terjaga dan usahakan air tidak tercemari oleh bahan- bahan kimia agar hasil panen anda berkualitas baik.

Makanan Cacing Sutra
Selain memperhatikan air pada media budidaya, anda juga harus member makan. sama seperti halnya jika anda memelihara hewan, maka anda harus member makan pada cacing sutra anda. Untuk makanan cacing sutra berbeda jika anda memelihara ikan ataupun hewan peliharaan.

Butuh bahan ataupun komponen khusus yang harus anda berikan. Agar cacing sutra dapat ternutrisi dengan baik maka anda harus menyediakan bahan- bahan organic dan akan lebih baik jika itu sudah difermentasikan.

Dan berikut adalah makanan cacing sutra yang dapat anda berikan untuk cacing sutra anda :
  • Untuk bahan orhanik yang difermentasikan adalah bahan organik yang sudah memiliki tekstur yang lembek dan mudah hancur. Ini bertujuan untuk meningkatkan kandungan nutrisi pada bahan organik yang sangat dibutuhkan oleh cacing sutra.
  • Anda juga bisa memberikan ampas tahu untuk makanan cacing sutra anda, ampas tahu memiliki banyak sekali protein serta jamur yang sangat baik untuk nutrisi cacing sutra dan pastikan bahwa ampastahu sudah difermentasi dan memiliki tekstur yang lembek. Anda juga bisa menambahkan tepung ikan yang mudah di dapatkan di pasaran dan harganya juga lebih murah serta lebih praktis.
  • Makanan fermentasi ini dapat anda berikan hingga budidaya cacing sutra sudah memasuki usia 10 hingga 12 hari setelah pemindahan berlangsung.
  • Agar cacing sutra anda melimpah ketika dipanen, anda bisa menambahkan kotoran ayam yang sudah difermentasi terlebih dahulu dan makanan tambahan seperti sawi yang juga sudah di hancurkan dan difermentasi terlebih dahulu.

Panen Cacing Sutra
Untuk pemanenan cacing sutra terbilang mudah hampir sama dengan Cara Budidaya Ikan Gabus, namun ada sedikit perlakuan khusus untuk memanen agar cacing sutra tidak mudah mati ketika dijadikan bahan pangan ternak dan tetap terjaga kualitasnya.

Pada dasarnya, konsep dari memanen cacing sutra adalah mengurangi koloni pada cacing sutra yaitu jika bagian atas pada cacing sutra diambil atau dipangkas maka bagian bawah dari bagian koloni cacing akan berkembang biak lagi. Perlu anda ketahui pula bahwa dalam satu wadah nampan media dapat menghasilkan kurang lebih sekitar 100 hingga 150 ml cacing sutra.

Berikut adalah cara memanen cacing sutra yang tepat :
  • Cacing sutra pada umumnya sudah dapat dipanen ketika sudah memasuki usia sekitar 70 hingga 75 hari setelah pemindahan pada media budidaya.
  • Pertama sediakanlah kain berwarna gelap, usahakan kain dapat menutupi setiap nampan media budidaya.
  • Usahakan nampan benar benar tertutup, apabila anda tidak memiliki kain maka taruhlah media budidaya pada tempat yang sangat gelap.
  • Biarkan media tertutup selama kurang lebih 5 hingga 6 jam dan perhatikan setelah tutup dibuka.
  • Kumpulkan menggunakan sendok ataupun jarring ikan berukuran kecil dan pindahkan.


Panduan Singkat Beternak Ulat Sutera



Ulat sutra atau ulat murbei adalah salah satu  serangga dari jenis ulat yang dari sisi ekonomi mempunya nilai yang sangat tinggi. Sebab ulat ini merupakan ulat satu-satunya penghasil serat atau benang sutra.

Adapun makanan ulat sutra adalah daun murbei. Selain daun murbei ulat sutra tidak akan memakannya.

Dalam perkembangan menjadi ulat, maka telur ulat sutera membutuhkan waktu sekitar 10 hari  untuk menetas. Setelah menetas yang kemudian menjadi ulat maka akan membentuk kepompong mentah.

Nah, kepompong mentah ini yang nantinya akan dipintal menjadi benang sutra sepanjang 300 meter sampai dengan 900 meter. Serat atau benang sutra yang dipintal memiliki diameter sekitar 10 mikrometer.

Hal yang cukup mengejutkan dari ulat sutra adalah dalam hal makanan. Bisa dikatakan bahwa ulat sutra termasuk jenis ulat yang sangat rakus dalam hal makanan. Ulat ini akan makan sepanjang hari baik itu siang maupun malam.

Dan ini dilakukannya semata-mata untuk tumbuh dan berkembang lebih cepat. Adapun hal yang perlu diketahui bahwa ulat sutra mengalami empat fase ganti kulit.

Apabila warna kulitnya kekuningan dan lebih ketat ini menandakan bahwa ulat sutra akan segera membungkus diri dengan berubah menjadi kepompong.

Berikut adalah cara budidaya ulat sutera:

Persiapan Pemeliharaan Ulat Sutera
Sebelum melakukan pemeliharaan pada ulat sutera sebaiknya perlulah dilakukan persiapan berupa penyediaan pakan ulat sutera, ruangan untuk memelihara, peralatan untuk pemeliharaan serta pemesanan telur atau bibit ulat sutera.

a. Penyediaan Daun Murbei untuk Pakan
  • Daun murbei untuk ulat sutera kecil berumur pangkas 1 bulan sedangkan untuk ulat sutera dewasa berumur pangkas 2 atau 3 bulan.
  • Tanaman murbei dapat dipanen setelah berumur 9 bulan setelah penanaman.
  • Dalam pemeliharaan 1 box ulat sutera dibutuhkan sekitar 1000 hingga 1200 kg daun murbei dengan cabang atau 400 hingga 500 kg daun murbei tanpa cabang.
  • Jenis unggul daun murbei yang baik untuk ulat sutera adalah Morus alba, Morus cathayana, Morus multicaulis dan lainnya.


b. Ruangan dan Peralatan untuk Pemeliharaan Ulat Sutera
Ruangan untuk pemeliharaan ulat sutera harus memiliki ventilasi dan jendela yang cukup
Tempat pemeliharaan ulat dewasa dipisahkan dari tempat pemeliharaan ulat kecil, ulat kecil dipelihara pada tempat khusus atau unit pemeliharaan ulat kecil.

Peralatan untuk budidaya ulat sutera yang perlu disediakan antara lain kotak/rak pemeliharaan, kaporit/papsol, kapur tembok, tempat pakan/tempat daun,jaring ulat, ayakan, pisau, gunting stek, ember/baskom, kertas alas, kertas minyak atau parafin, lap tangan , kain penutup daun dan lainnya.

Ruangan dan peralatan diberi desinfeksi 2 hingga 3 hari sebelum budidaya dimulai. Apabila ulat kecil dipelihara di Upuk berlantai semen maka lakuakan pencucian setelah didesinfeksi.

c. Pesanan Bibit Ulat Sutera
Pesanan bibit ulat sutera disesuaikan dengan jumlah daun yang tersedia dan kapasitas runagan serta peralatan untuk budidaya. Pemesanan bibit ulat sutera tersebut dipesan selambat-lambatnya 10 hari sebelum budidaya dimulai, setelah bibit telah diperoleh maka lakukan penanganan telur dengan baik agar telur menetas seragam dengan cara:
Telur disebarkan pada kotak penetasan yang telah ddisiapkan kemudian ditutup dengan kertas putih tipis, kotak penetasan tersebut diletakan pada ruangan yang sejuk dan terhindar dari sinar matahari secara langsung dengan kelembaban 75%-85% dan suhu sekitar 25°C-28°C. Apabila pada telur sudah terlihat bintik biru maka bungkus menggunakan kain hitam selama 2 hari.

Budidaya Ulat Sutera

a. Pemeliharaan Ulat Sutera Kecil
Dalam melakukan pemeliharaan ulat kecil didahului dengan kegiatan Hakikate yaitu kegiatan penanganan ulat yang baru menetas disertai dengan pemberian pakan pertama.
Ulat sutera yang baru menetas didesinfeksi dengan menggunakan bubuk campuran kaporit dan kapur dengan perbandingan 5:95, lalu beri daun murbei muda yang telh dipotong kecil kecil, selanjutnya ulat dipindahkan ke sasag kemudian ditutup enggunkan parafin atau kertas minyak. Lakukan pemberian pakan sebanyak 3 kali sehari yaitu pada pagi, siang dan sore hari.

Ulat sutera akan mengalami masa istirahat dan pergantian kulit pada setiap instar, apabila hal tersebut berlangsug maka lakukan pemberhentian pemberian pakan namun taburi dengan kapur. Pada saat masa ini berlangsung, agar udara mengalir maka jendela atau vebtilasi runagan dibuka. pada saat akhir instar lakukan penjarangan dan sesuaikan daya tampung tempat dengan perkembangan ulat sutera. Lakukan pembersihan tempat ulat dan pencegahan hama penyakit dengan teratur.

Pelaksanaan :
  1. Pada instar I dan II , pembersihan dilakukan sebanyak 1 kali. Pada instar III pembersihan dilakukan sebanyak 1 atau 2 kali dan semua itu dilakukan setelah pemberian pakan kedua dan menjelang tidur.
  2. Rak atau sasag ditempatkan agar tidak menempel dengan dinding, kali rak diberi kaleng yang berisi air agar mencagah gangguan semut.
  3. Jika lantai ruangan tidak disemen maka taburi lantai dengan kapur secara merata agar tidak lembab.

desinfeksi tubuh ulat sutera dilakukan setelah ulat sutera bangun yaitu sebelum pemberian pakan pertama.

Penyaluran ulat sutera kecil dari tempat UPUK (Unit Pemeliharaan Ulat Kecil) ke UPUB (Unit Pemeliharaan Ulat Besar) dilakukan saar ulat sedang tisur pada instar III. Perlakuan pada saat penyaluran yaitu penyaluran ulat yang akan dipindahkan dibungkus dengan menggulung kertas alasnya dan kedua sisi kertas alas diikat lalu diletakkan pada posisis berdiri atar ulat tidak tertekan. Sebaiknya Penyaluran ini dilakukan pada pagi atau sore hari.

b. Pemeliharaan Ulat Sutera Besar
Perlakuan terhadap ulat sutera besar berbeda dengan perlakuan pada ulat sutera kecil. Ulat sutera besar memerlukan kondisi ruangan yang sejuk dengan suhu sekitar 24°C-26°C dan kelembapan 70%-75%.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemeliharaan ulat sutera besar adalah:
  • Ulat sutera besar memerlukan ruangan atau tempat pemeliharaan yang lebih luas.
  • Daun pakan yang dipersiapkan untuk ulat sutera besar, disimpan pada tempat yang bersih dan sejuk serta ditutup dengan kain basah;
  • Daun murbei yang diberikan pada ulat sutera besar untuk pakan tidak lagi dipotong-potong utuh dengan cabang dan penempatan pakan tersebut diselang-selingi secara teratur antara bagian ujung dan pangkalnya.
  • Pemberian pakan pada ulat sutera besar (pada instar IV dan V) dilakukan 3 hingga 4 kali sehari yaitu pada pagi, siang, sore dan malam hari;
  • Pemberian pakan saat menjelang ulat tidur dikurangi atau dihentikan dan pada saat ulat tidur ditaburi kapur secara merata;
  • Desinfeksi tubuh ulat dilakukan setiap pagi sebelum pemberian makan dengan menggunakan campuran kapur dan kaporit (90:10) ditaburi secara merata;
  • Pada instar IV, pembersihan tempat pemeliharaan dilakukan minimal sebanyak 3 kali, yaitu pada hari ke 2 dan ke 3 serta menjelang ulat tidur;
  • Pada instar V, pembersihan tempat dilakukan setiap hari;
  • Seperti pada ulat kecil, rak atau sasag ditempatkan tidak menempel pada dinding ruangan dan pada kaki rak dipasang kaleng yang berisi air dan apabila lantai ruangan pemeliharaan tidak berlantai semen agar menghindari kelembaban tinggi maka ditaburi kapur.

c. Mengokonkan Ulat Sutera
Pada instar V yaitu hari ke6 atau 7 ulat sutera biasanya akan mulai mengokon. Tanda-tanda ulat sutera yang akan mengokon adalah:
  • Nafsu makan berkurang atau berhenti makan sama sekali;
  • Tubuh ulat sutera berubah menjadi bening kekuning-kuningan atau transparan;
  • Ulat cenderung berjalan ke areal pinggir;
  • Keluar serat sutera dari mulut ulat .

Apabila sudah terlihat tanda-tanda tersebut, maka yang perlu dilakukan adalah:
Kumpulkan ulat sutera tersebut dan masukkan ke dalam alat pengokonan yang telah disiapkan dengan cara ditabur secara merata. Alat pengokonan yang baik digunakan antara lain: rotari. Seri frame, pengokonan bambu dan mukade (terbuat dari daun kelapa atau jerami yang diputar membentuk sikat tabung).

d. Pemanenan Dan Penanganan Kokon
Pemanenan dilakukan pada hari ke 5 atau 6 sejak ulat sutera mulai membuat kokon. Sebelum dipanen, ulat yang tidak mengokon atau yang mati diambil lalu dibuang atau dibakar. Penanganan kokon selanjutnya meliputi:

Pembersihan kokon, yaitu menghilangkan kotoran dan serat-serat yang ada pada lapisan luar kokon;

Seleksi kokon, yaitu pemisahan antara kokon baik dan kokon cacat/jelek;
Pengeringan kokon, yaitu penanganan terhadap kokon untuk mematikan pupa serta untuk mengurangi kadar air agar bisa disimpan dalam jangka waktu tertentu;

Penyimpanan kokon, hal ini dilakukan apabila kokon tidak langsung dipintal atau dijual atau sedang menunggu proses pemintalan.
Cara penyimpanan kokon adalah sebagai berikut :

1. Kokon dimasukkan ke dalam kotak karton atau kantong kain/kertas;
2. Kokon ditempatkan pada ruangan yang kering;
3. Selama dalam penyimpanan, sekali-sekali kokon dijemur ulang;

Lama penyimpanan kokon tergantung pada cara pengeringan, tingkat kekeringan dan tempat penyimpanan.

Sumber: